Minggu, 24 Juli 2011

Ditemukan, 12 Gunung Berapi di Bawah Laut

Beberapa gunung itu bahkan memiliki ketinggian hingga 3 kilometer.


Selain gunung, peneliti juga menemukan kawah berdiameter 5 kilometer yang diakibatkan oleh letusan gunung. Adapun 7 gunung berapi aktif lain terlihat dari atas permukaan laut sebagai rangkaian pulau. (explorersweb.com)

Peneliti dari British Antarctic Survey (BAS) menemukan gunung berapi yang sebelumnya belum pernah diketahui keberadaannya. Gunung berapi itu berada di perairan sekitar South Sandwicth Islands, pulau di selatan samudera atlantik, dekat Argentina yang diklaim milik Inggris.


Menggunakan teknologi pemetaan yang dipasang di kapal laut, peneliti di kapal RSS James Clark Ross menemukan 12 gunung berapi di bawah permukaan laut. Beberapa gunung itu bahkan memiliki ketinggian hingga 3 kilometer.

Selain gunung, peneliti juga menemukan kawah berdiameter 5 kilometer yang diakibatkan oleh letusan gunung. Adapun 7 gunung berapi aktif lain bisa terlihat dari atas permukaan laut sebagai rangkaian kepulauan.

“Banyak hal yang tidak kita pahami seputar aktivitas volkanik di bawah permukaan laut,” kata Phil Leat, peneliti dari British Antarctic Survey di ajang International Symposium on Antarctic Earth Sciences, seperti dikutip dari Explorersweb, 27 Juli 2011. “Tampaknya, gunung berapi ini bisa meletus dan runtuh setiap saat,” ucapnya.

Leat menyebutkan, penelitian ini juga sangat penting untuk memahami apa yang terjadi ketika gunung berapi bawah laut meletus atau runtuh dan potensi bahaya yang mereka hadirkan.

“Teknologi yang kini bisa digunakan oleh ilmuwan di atas kapal tidak hanya memberikan peluang bagi kami untuk mengumpulkan berbagai cerita seputar evolusi planet kita, akan tetapi juga bisa menyibak rahasia berkembangnya kejadian alami yang berbahaya bagi orang yang tinggal di kawasan padat lain di Bumi,” ucapnya.

Sabtu, 09 Juli 2011

Muslim AS Tidak Bisa Dianggap Enteng

Dunia
Farah Pandith, Utusan Khusus AS

Muslim AS Tidak Bisa Dianggap Enteng

"Tidak ada kontradiksi antara menjadi Muslim dan menjadi penduduk AS."

Farah Anwar Pandith, Utusan Khusus AS untuk Muslim

Warga Muslim di Amerika Serikat melingkupi semua bidang, baik di pemerintahan maupun di ranah bisnis. Muslim di AS bahkan merupakan masyarakat berpenghasilan tertinggi di negara tersebut.


Hal ini disampaikan oleh Utusan Menteri Luar Negeri AS untuk Masyarakat Muslim, Farah Anwar Pandith. Dia mengatakan bahwa Muslim di AS yang telah berkembang sejak abad ke 18 telah mampu hidup berdampingan dengan masyarakat lainnya. bahkan, masyarakat Muslim telah menjadi bagian dari Amerika.

"Saya bisa melihat mereka di semua bidang, mulai dari politik, hukum, pendidikan, wirausaha dan bisnis," ujar Pandith.

Dia mengatakan bahwa kontribusi Muslim di AS juga tidak sedikit dalam membangun negara tersebut. Tercatat beberapa nama ilmuwan kenamaan, atlet, musisi dan seniman terkenal adalah pemeluk Islam. Warga AS secara keseluruhan tidak mempermasalahkan apakah mereka Islam atau bukan.

"Di Amerika tidak ada saya atau mereka, adanya kita," ujar Pandith.

Muslim di AS juga tidak bisa dianggap enteng, Pandith mengatakan bahwa daya beli umat Muslim AS salah satu yang terbesar, mencapai US$200 miliar atau sekitar Rp1,7 triliun. Komunitas Muslim, ujar Pandith, juga merupakan komunitas dengan pendidikan tertinggi di AS.

Selain itu, Muslim AS juga berpenghasilan tertinggi dibandingkan masyarakat lainnya. Hal ini, kata Pandith, menjelaskan menjadi Muslim tidak bertentangan dengan sistem dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat AS kebanyakan.

"Hal ini menunjukkan tidak ada kontradiksi antara menjadi Muslim dan menjadi warga AS," tegas Pandith.

i-Frame