Selasa, 31 Januari 2012

JK: Tak Usah Banyak Kajian, Naikkan Saja BBM


"Kalau kebanyakan pengkajian itu namanya pengajian karena terlalu panjang."


Jusuf Kalla
 
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan jalan terbaik untuk mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM) adalah dengan menaikkan harga menjadi Rp6.000-Rp6.500 per liter, seperti dahulu.
Saat ini, kata dia, pemerintah terlalu banyak kajian yang membuat masyarakat bingung dengan keputusan pemerintah.

"Kami juga bingung, cara terbaik ya naikkan saja, kembalikan ke harga dulu. Itu yang paling singkat," kata Jusuf Kalla saat ditemui dalam acara 60 Tahun Apindo di Jakarta, Selasa malam, 31 Januari 2012. "Kalau kebanyakan pengkajian itu namanya pengajian karena terlalu panjang. Pengkajian terus tanpa ada keputusan kan susah."

JK menjelaskan, saat ini menaikkan harga BBM tidak terlalu sensitif dibandingkan zaman ia menjadi Wakil Presiden. Dulu menaikkan harga BBM sangat sensitif karena juga terkait dengan kenaikan harga minyak tanah.

"Sekarang kalau naikkan harga BBM yang kena hanya orang yang mampu. Orang yang naik mobil Kijang sudah mampu, sepeda motor pun mampu," kata ketua Palang Merah Indonesia ini.

Ia menyarankan, jika memang masyarakat terbebani dengan kenaikan harga BBM, maka masyarakat harus mengurangi biaya perjalanan yang tidak diperlukan. "Kalau naik harga 30 persen, kurangi perjalanan 30 persen, dia tidak usah jalan-jalan sampai ada penyesuaian," katanya.

Dengan menaikkan harga BBM ini, lanjutnya, pemerintah tidak perlu menaikkan tarif dasar listrik (TDL) selama penyelesaian proyek
pembangkit listrik 10 ribu megawatt. Jika proyek 10 ribu megawatt selesai maka dapat mengurangi beban subsidi dengan mematikan pembangkit-pembangkit diesel.

"Yang menyebabkan mahalnya subisidi BBM karena pembangkit yang pakai diesel banyak. Untuk mengurangi pemadamaman, menyewa diesel banyak, itu sebabnya subsidi tinggi. Jadi, kalau selesai proyek 10 ribu megawatt yang dipercepat, cost akan turun," kata JK.

i-Frame